Mengapa Validasi Emosi Itu Penting? Ini Penjelasan dari Sisi Psikologi

Setiap orang pasti pernah merasa marah, sedih, kecewa, atau takut. Namun sering kali, ketika kita mengungkapkan perasaan itu, respons yang kita terima malah membuat kita merasa diabaikan atau dianggap berlebihan. Kalimat seperti “Udah, jangan lebay”, atau “Kamu terlalu sensitif” tanpa sadar bisa memperburuk kondisi emosional seseorang.

Inilah mengapa validasi emosi menjadi hal yang sangat penting, baik dalam hubungan antarpribadi maupun dalam kesehatan mental secara keseluruhan. Tapi, apa sebenarnya validasi emosi itu? Dan bagaimana pandangan psikologi tentang pentingnya validasi dalam kehidupan sehari-hari?


Apa Itu Validasi Emosi?

Validasi emosi adalah proses mengenali, menerima, dan menghargai perasaan seseorang tanpa menghakimi. Artinya, kamu mengakui bahwa emosi yang dirasakan orang lain adalah valid, wajar, dan layak untuk dirasakan—terlepas dari apakah kamu setuju atau tidak dengan penyebabnya.

Contoh validasi emosi:

  • “Aku bisa ngerti kenapa kamu ngerasa seperti itu.”
  • “Wajar kok kamu marah, itu memang menyebalkan.”
  • “Perasaanmu valid, dan aku di sini buat dengerin.”

Pandangan Psikologi tentang Validasi Emosi

Dalam ilmu psikologi, validasi emosi merupakan bagian penting dari regulasi emosi dan kesehatan mental. Validasi bukan berarti menyetujui semua tindakan, tetapi membantu seseorang merasa dimengerti dan diterima, yang sangat penting untuk membangun kepercayaan diri, empati, dan hubungan sosial yang sehat.

Menurut penelitian dalam psikologi klinis dan terapi perilaku dialektik (Dialectical Behavior Therapy/DBT), kurangnya validasi emosi—terutama dalam masa kanak-kanak—berkaitan dengan meningkatnya risiko gangguan emosional, seperti kecemasan, depresi, dan kesulitan mengelola stres.


Manfaat Validasi Emosi

1. Membantu Mengelola Emosi dengan Lebih Sehat

Ketika emosi divalidasi, otak merasa “ditenangkan”. Ini membuat seseorang lebih mampu berpikir jernih dan mengolah emosinya tanpa merasa tertekan atau sendirian.

2. Mengurangi Rasa Malu atau Bersalah

Banyak orang merasa salah hanya karena mereka merasa “terlalu sensitif” atau “terlalu emosional”. Validasi membantu menghapus stigma ini dan menunjukkan bahwa semua emosi itu wajar.

3. Membangun Hubungan yang Lebih Dalam dan Sehat

Orang yang merasa didengar dan dimengerti akan lebih mudah membuka diri. Dalam hubungan, validasi menciptakan rasa aman dan saling percaya.

4. Meningkatkan Harga Diri dan Self-Compassion

Ketika seseorang terbiasa menerima validasi, mereka belajar bahwa emosi mereka penting dan layak dihargai. Ini memperkuat hubungan mereka dengan diri sendiri dan mendorong self-love.

5. Menghindari Ledakan Emosi yang Tidak Perlu

Emosi yang ditekan atau diabaikan cenderung meledak di waktu yang tidak tepat. Validasi adalah bentuk “ventilasi” yang sehat agar emosi tidak menumpuk.


Apa yang Terjadi Jika Emosi Tidak Divalidasi?

  • Munculnya rasa tidak dimengerti atau tidak diterima
  • Sulit mempercayai orang lain atau membangun hubungan yang aman
  • Terbentuknya mekanisme coping yang tidak sehat (menarik diri, overthinking, self-harm)
  • Meningkatnya risiko gangguan mental seperti anxiety atau depresi
  • Terbentuknya keyakinan negatif seperti “Aku berlebihan”, “Aku lemah”, atau “Perasaanku nggak penting”

Bagaimana Cara Memvalidasi Emosi Orang Lain?

Kamu tidak harus menjadi psikolog untuk bisa memvalidasi perasaan orang lain. Yang penting adalah mendengarkan dengan empati dan tanpa menghakimi.

Berikut beberapa langkahnya:

  1. Dengarkan dengan penuh perhatian.
    Hindari menyela, langsung memberi saran, atau membandingkan dengan pengalaman sendiri.
  2. Tunjukkan bahwa kamu memahami perasaannya.
    Gunakan kalimat seperti:

    • “Aku bisa paham kenapa kamu ngerasa kayak gitu.”
    • “Itu pasti berat ya buat kamu.”
  3. Jangan meremehkan atau menyangkal.
    Hindari kalimat seperti:

    • “Ah, itu mah biasa aja.”
    • “Harusnya kamu nggak usah mikirin kayak gitu.”
  4. Berikan ruang untuk merasa.
    Biarkan mereka mengekspresikan emosinya sepenuhnya tanpa langsung buru-buru “memperbaiki” situasi.

Validasi Diri: Kamu Pun Perlu Memvalidasi Emosi Sendiri

Tidak hanya kepada orang lain, kamu juga perlu belajar memvalidasi perasaan diri sendiri. Ini adalah bagian penting dari proses penyembuhan dan pertumbuhan mental.

Contoh validasi diri:

  • “Aku marah karena aku merasa tidak dihargai, dan itu wajar.”
  • “Aku sedih sekarang, tapi itu bukan berarti aku lemah.”
  • “Perasaan ini mungkin nggak nyaman, tapi aku menerima bahwa aku sedang mengalaminya.”

Semakin kamu menerima perasaanmu tanpa menghakimi, semakin kuat hubunganmu dengan diri sendiri.


Kesimpulan

Validasi emosi adalah bagian penting dari kesehatan mental yang sering kali diabaikan. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tekanan, diakui dan dimengerti adalah kebutuhan dasar emosional manusia.

Dengan membiasakan diri untuk memvalidasi perasaan—baik orang lain maupun diri sendiri—kita membantu menciptakan lingkungan yang lebih suportif, empatik, dan sehat secara psikologis.

Ingat, semua emosi itu valid. Kita hanya perlu belajar menerimanya, memahaminya, dan mengekspresikannya dengan sehat.